Sabtu, 03 Desember 2011

Kapan Bicara?


             Saya tau kalau saat ini hati saya sedang dalam masa 'paceklik'. Masalah keluarga, teman, sahabat, masa depan, kuliah, dan..kamu. Ya, kamu. Kamu heran? Atau kamu malah setuju dengan pernyataan saya, are we in the same boat?? Kamu, memang baru sebulan sih ada di pikiran saya. Rasanya pas di awal memang benar-benar flat. Saya ga lihat kamu ganteng, saya ga lihat kamu istimewa, semuanya biasa. Tapi, saya bukan orang yang sepenuhnya 'cinta fisik'. Kamu itu aktif, cerdas, kritis dan rajin, bagi saya itu sudah membuat kamu charming di mata saya. Lalu, saya menjadi suka dan simpatik sama kamu. Kita sering ngobrol setiap hari, dengan semua obrolan yang mungkin sifatnya tidak jelas baik dari kamu maupun dari saya. Tidak apa, bukannya itu yang dinamakan teman? Teman = pendengar setia dari setiap jenis pembicaraan dari berbagai sifat (^_^)  Dan..apa kamu benar masih menganggap saya teman? Ketika pada malam minggu itu kamu mulai sms saya dan saya pikir sms itu punya arti lain. Bukan saya geer, saya hanya bisa ambil kesimpulan kalau kamu memang suka saya..(itu hanya pandangan saya sejauh kamu belum bilang yang sebenarnya hmm). Respon saya harus bagaimana? Saya memang tidak harus panik saat itu, karena posisi kamu memang tidak membahayakan saya kan?

    Kemudian, yang terjadi setelahnya adalah kita menjadi jauh, Kita ga pernah ngobrol seru seperti sebelumnya, tidak pernah saling mengejek seperti kemarin. Saya ga tahu pasti itu kenapa? Saya pikir bukan karena kamu yang pemalu walaupun kamu bilang bahwa pemalu adalah sifat kamu. Perlu dicatat, bahwa saya masih belum tau maksud dari semua sikap kamu. Yang saya rasakan sekarang adalah saya sedikit takut berteman dengan kamu. Karena saya adalah salah satu wanita rapuh, artinya tak perlu usaha keras untuk membuka hati saya. Tapi, saya tau kerapuhan itu adalah pengecualian buat kamu. Saya sudah berusaha mengantisipasinya dengan menjaga jarak dengan kamu, sedikit membalas sms kamu bahkan tidak mengangkat telepon dari kamu walaupun mungkin itu adalah telepon tentang urusan lain. Saya punya 'benteng' di dalam dada saya. Bukan bermaksud mendiskriminasi tapi itu itulah yang harus kita lakukan. Saya benar-benar ga tau apakah kamu sependapat dengan saya dalam hal ini. Saya, kamu dan orang-orang di sekitar kita tau kalau kita benar-benar 'berbeda' dan kamu tau, bahwa benteng di hati saya tercipta akibat kondisi yang ada diantara kita. Mungkin ini adalah kata-kata yang agak sok tau untuk saya yang belum tau perasaan kamu terhadap saya. Tapi setidaknya saya mengatakan ini untuk diri saya sendiri. Hubungan, yang entah kamu harapkan atau tidak itu, atau mungkin saya membayangkannya demikian ketika saya tau raut wajah kamu saat melihat saya adalah abstrak, tanpa akhir, tidak bermuara dan selamanya akan begitu. Karena kita BEDA,

     Saya hanya bisa menahan, saya ingin sekali kamu dan saya duduk berdampingan untuk membicarakan hal ini. Saya tidak mau nantinya kita benar-benar jauh bahkan jadi musuh. Mungkin tidak adanya pembicaraan itu juga akibat dari kesalahan kamu dalam menafsirkan sikap saya akhir-akhir ini.

     Oke, selanjutnya saya mulai mau mengangkat telepon dari kamu. Harapan saya adalah agar pembicaraan itu dapat terlaksana. Saya ingin sekali mengungkapkan semuanya ke kamu. Kamu telepon saya selama tiga hari berturut-turut. Sekali kamu telepon saya, kamu habiskan waktu lebih dari satu jam. Saya tidak tahu kenapa kamu tidak mengakhiri telepon itu padahal kita tau sudah tidak ada yang mau dibicarakan lagi. Atau mungkin kamu yang bertanya kenapa bukan saya saja yang mengakhiri telepon itu? Bukan, bukan begitu maksud saya. Seperti yang saya bilang di awal bahwa saya menunggu kamu 'bicara'. Saya bisa saja memulai semuanya tapi yang saya ingin pastikan di awal adalah bahwa kesimpulan singkat saya tentang perasaan kamu kepada saya benar. Jika tidak, mungkin saya yang salah.


Sampai akhirnya, kita menjadi diam kembali..Dan saya masih tunggu kamu untuk bicara..Bukan untuk suatu harapan abstrak itu sobat..Tapi untuk harapan lain yang bisa kita ambil..Untuk pemikiran yang sama yang bisa kita uraikan..Saya tidak ingin semua jadi salah atau terlalu banyak prasangka..Maka saya ingin kita bicara..

Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Checker