Dan ketika semuanya harus diperbaiki, aku malah bingung ini arahnya mau kemana. Apakah semua menjadi akan lebih baik atau bertambah buruk? Aku yang terbawa atau aku yang semakin teguh. Sulit sekali menolak, tapi aku sangat tidak tertarik menjadi orang jahat. Pun rasanya, cinta itu tak pernah benar-benar ada sejak Oktober 2012. Aku hanya merasa nyaman, lalu ingin memiliki, dan tidak ingin ditinggalkan pada akhirnya. Apakah yang seperti itu, yang dinamakan cinta? Aku rasa tidak....
Lalu, bagaimana dengan perasaan nyaman itu? Dan ternyata cuma dengannya aku merasakan itu. Baru saja dia, sepertinya...
Ketika itu, untuk membayangkan berpisah darinya saja sangat sulit. Benar besar sekali dampak hadirmu di awal hidupku disini. Tidak berani, setiap membayangkan yang ada hanya ingin menangis. Inginnya bersama terus, walaupun ada pemikiran, apakah ini benar dia? Masa depanku? :p
Rasanya ada yang mengganjal...
Sampai, pada akhirnya kamu pergi. Untuk alasan yang sangat rasis. Yang awalnya kamu bilang itu dari orang tuamu. Namun, pada akhirnya, baru kemarin aku ketahui bahwa alasan rasis itu berasal dari dirimu sendiri..God, rasanya lega. Rasanya pernyataan itu adalah jawaban doaku kepadaMu.
Dan sekarang, kamu sudah memiliki yang lain. Itu tidak masalah. Toh, kamu sudah meminta maaf, walaupun proses menyadari kesalahanmu bukan dengan dirimu. Tapi, aku bisa menganggap ini beres. Dan wanita yang acuh tak acuh, pura-pura tidak tahu itu. Sudahlah, kita saling mendoakan yang terbaik saja..
Bahwa cinta ternyata bukan hanya soal nyaman. Karena ternyata cakupan nyaman masih terlalu general. Ada faktor yang disebut 'kesepakatan' di dalamnya yang membuat jalannya mulus. Ada faktor 'keberuntungan' yang membuat masalah menjadi bisa dimaklumi dan dimengerti. Kecocokan itu adalah hasil yang kamu peroleh. Prosesnya bervariasi, kamu tinggal terima dan jalankan. Hanya yang kuat, yang derajatnya akan naik... :)
Lalu, bagaimana dengan perasaan nyaman itu? Dan ternyata cuma dengannya aku merasakan itu. Baru saja dia, sepertinya...
Ketika itu, untuk membayangkan berpisah darinya saja sangat sulit. Benar besar sekali dampak hadirmu di awal hidupku disini. Tidak berani, setiap membayangkan yang ada hanya ingin menangis. Inginnya bersama terus, walaupun ada pemikiran, apakah ini benar dia? Masa depanku? :p
Rasanya ada yang mengganjal...
Sampai, pada akhirnya kamu pergi. Untuk alasan yang sangat rasis. Yang awalnya kamu bilang itu dari orang tuamu. Namun, pada akhirnya, baru kemarin aku ketahui bahwa alasan rasis itu berasal dari dirimu sendiri..God, rasanya lega. Rasanya pernyataan itu adalah jawaban doaku kepadaMu.
Dan sekarang, kamu sudah memiliki yang lain. Itu tidak masalah. Toh, kamu sudah meminta maaf, walaupun proses menyadari kesalahanmu bukan dengan dirimu. Tapi, aku bisa menganggap ini beres. Dan wanita yang acuh tak acuh, pura-pura tidak tahu itu. Sudahlah, kita saling mendoakan yang terbaik saja..
Bahwa cinta ternyata bukan hanya soal nyaman. Karena ternyata cakupan nyaman masih terlalu general. Ada faktor yang disebut 'kesepakatan' di dalamnya yang membuat jalannya mulus. Ada faktor 'keberuntungan' yang membuat masalah menjadi bisa dimaklumi dan dimengerti. Kecocokan itu adalah hasil yang kamu peroleh. Prosesnya bervariasi, kamu tinggal terima dan jalankan. Hanya yang kuat, yang derajatnya akan naik... :)